Kementerian Kependudukan &

Pembangunan Keluarga/BKKBN

Provinsi Sulawesi Tengah

2 anak lebih sehat

INformaSi digiTAL (INSTAL) seputar Program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana)

di Provinsi Sulawesi Tengah

Geografi & Demografi Sulawesi Tengah

 

Informasi geografi & demografi provinsi sulawesi tengah

Program

 

Informasi Program pembangunan keluarga, kependudukan & keluarga berencana (bangga kencana) di provinsi sulawesi tengah

Inovasi Program

 

Upaya lebih membumikan program pembangunan keluarga, kependudukan & keluarga berencana (bangga kencana) di provinsi sulawesi tengah

Buletin Stunting Sulteng

Kabar Berita

A R T I K E L

 

Membentuk Keluarga Utuh dari Sayap yang Rapuh

Oleh: Kaima Ishmata Rianti, 085840332956

 

Tidak semua orang dapat memilih pasangan sesuai keinginan hati, namun semua orang memiliki kesempatan mengupayakan keluarga yang sehat dan sejahtera. Hal tersebut yang saya pelajari dari hubungan kedua orangtua saya. Di usia pernikahan yang hampir menginjak 20 tahun, mereka memutuskan untuk berpisah di saat saya dan adik sudah mampu berdiri sendiri menghadapi dunia.

Terlepas dari alasan perpisahan mereka, selama 20 tahun hidup bersama mereka tidak lebih dari sepasang suami istri yang berusaha saling melengkapi. Hujan dan pelangi mewarnai kehidupan kami sehari-hari. Meski akhirnya tetap berpisah, saya akan berkata pada dunia bahwa saya memiliki kedua orangtua yang luar biasa dalam mendidik anak-anaknya.

Kedua orangtua saya memiliki prinsip bahwa kesehatan dan pendidikan bagi anak menjadi prioritas nomor satu. Meskipun mereka bukan sebagai tenaga kesehatan maupun tenaga pendidik, namun prinsip tersebutlah yang mengantarkan kami meraih kesuksesan. Prinsip tersebut jugalah yang menjadi tolak ukur kesejahteraan keluarga Indonesia demi mengupayakan kehidupan yang lebih baik.

Sejak kecil, ibu saya senantiasa mengupayakan ASI eksklusif, MP-ASI dari protein hewani dan nabati serta menghindari makanan olahan instan. Ibu juga rutin membawa saya ke posyandu dan memperkenalkan saya ke teman-teman seusia saya sehingga saya punya teman bermain dan belajar bersosialisasi. Saat saya sakit, ibu punya persediaan obat yang bisa diminum sebelum dibawa ke dokter. Ketika saya bertanya darimana ibu mengetahui semua ini sedangkan dahulu belum ada internet? Jawabnya : semua ibu pelajari sebelum menikah dari majalah dan koran. Ibu kumpulkan kiplingan-kiplingan tersebut dan dijilid menjadi satu agar bisa dibaca kembali. Hal ini yang menjadi pengingat saya bahwa akses media menjadi penting sebagai sarana edukasi yang tentu harus didasari oleh pengetahuan dan niat seseorang untuk mencari tahu sebuah informasi.

Ayah adalah orang yang pertama kali mengajarkan kami mengaji. Mulai dari huruf hijaiyah hingga kami hapalan Al-Qur’an. Di sela-sela waktu, ayah juga mengajak kami bermain permainan angka, berimajinasi dengan garis dan bentuk, hingga teka-teki lucu yang membuat kami tertawa terpingkal-pingkal. Ketika saya bertanya darimana ayah tahu semua itu? Jawabnya: ayah belajar banyak dari saling bertukar cerita dan tebak-tebakan lucu dari teman-teman ayah yang lain. Kakek selalu menekankan ayah bahwa ilmu agama adalah hal yang nomor satu diajarkan pada anak sedari dini. Saya belajar dari ayah bahwa menjadi orangtua harus memiliki pengalaman-pengalaman berharga dan prinsip teguh yang akan diajarkan kepada anak.

Saat beranjak dewasa saya menyadari bahwa pelajaran berharga dari ibu dan ayah tidak lepas dari penerapan fungsi keluarga yang digagas oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Dalam membentuk keluarga yang sejahtera diperlukan pemahaman mengenai untuk mengasuh serta mengasihi anak demi mewujudkan generasi bangsa yang berkualitas.

Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang menentukan perilaku seseorang berkehidupan di masyarakat. Sikap baik atau buruk seseorang tidak luput dari perlakuan orangtua terhadap anak-anaknya. Pertumbuhan dan perkembangan manusia dimulai sejak dalam kandungan, utamanya perkembangan otak. Sehingga apa yang orangtua lakukan sejak sebelum menikah turut menentukan perkembangan anaknya. Tidak hanya pemberian nutrisi yang adekuat, namun kasih sayang dan pengetahuan menjaga kesehatan ibu dan anak sejak sebelum menikah menjadi penting.

Keluarga yang menerapkan fungsi keluarga dengan baik adalah investasi besar dalam mewujudkan generasi emas. Seluruh tujuan baik yang direncanakan dan dicita-citakan oleh bangsa berawal dari niat dan pandangan generasi penerus bangsa. Mimpi tersebut bisa kita mulai dari langkah-langkah yang konsisten termasuk membangun kehidupan keluarga yang berkualitas.

Meskipun kedua orangtua saya berpisah, namun cerita mereka dalam mengasuh anak-anaknya selalu akan saya jadikan teladan. Perjuangan membangun keluarga utuh dari sayap yang rapuh bukan hal mudah. Kedua orangtua yang memberi pemahaman tentang kehidupan, menekankan prinsip agama dan moral serta memberi kasih sayang kepada anak yang tak terhingga ternyata adalah nikmat dan investasi luar biasa besar bagi saya.

Keluarga yang tidak utuh tidak selamanya menjadi penghalang bagi generasi muda untuk meraih mimpi. Bahkan menjadi pelecut untuk membangun keluarga yang lebih sejahtera dan saling mencintai tidak hanya kepada anak tapi juga kepada pasangan. Semakin banyak keluarga yang sejahtera maka cita-cita Indonesia meraih Indonesia emas 2045 semakin dekat dicapai.