Integrasi Kebijakan dan Inovasi, Kunci Wujudkan Generasi Unggul di Sulawesi Tengah

Palu - Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah bersama Kemendukbangga/BKKBN menegaskan pentingnya internalisasi indikator pembangunan kependudukan dalam dokumen perencanaan daerah sebagai bagian dari strategi besar mencetak generasi unggul menuju Indonesia Emas 2045.
Hal tersebut mengemuka dalam Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) Program Bangga Kencana, Selasa (8/7/2025), di Hotel Best Western Palu. Kegiatan ini menghadirkan narasumber lintas sektor, termasuk dari Bappeda Provinsi Sulteng, serta tim pengendalian kependudukan dan data stunting.
Dalam paparan Kepala Bidang Pemerintahan dan Pembangunan Manusia Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sulteng Dr. Irwan, S.Pd.,M.Si menyampaikan bahwa saat ini penyusunan Peta Jalan Kependudukan 2025–2029 telah menjadi mandat strategis daerah. Peta jalan ini mencakup 30 indikator utama yang harus masuk ke dalam RPJMD dan RKPD kabupaten/kota. Tujuannya adalah untuk mengharmoniskan arah pembangunan daerah dengan Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK) Nasional 2025–2045.
"Pembangunan itu tidak hanya membangun infrastruktur, tapi juga kualitas penduduknya. Kalau indikator kependudukan tidak terinternalisasi dalam dokumen perencanaan, kita akan kehilangan arah," tegasnya.
Sementara itu, Ketua Tim Kerja Pengendalian Penduduk Kemendukbangga/BKKBN Perwakilan BKKBN Provinsi Sulawesi Tengah, Muh. Rosni, SE., M.Si, memperkenalkan sejumlah Quick Wins program Bangga Kencana 2025, yaitu:
TAMASYA (Taman Asuh Sayang Anak): Layanan daycare berbasis komunitas yang menyediakan pengasuhan terstandar bagi anak usia 0–72 bulan, dilengkapi dengan pelaporan tumbuh kembang, pendampingan orang tua, serta tenaga pengasuh tersertifikasi.
GATI (Gerakan Ayah Teladan Indonesia): Gerakan nasional untuk menghapus fenomena fatherless dengan mengajak ayah terlibat aktif dalam pengasuhan anak, mulai dari pra nikah hingga remaja.
GENTING (Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting): Inovasi gotong royong untuk memberikan dukungan nutrisi dan non-nutrisi kepada keluarga berisiko stunting selama 1.000 Hari Pertama Kehidupan, dengan sistem pendataan dan distribusi berbasis komunitas.
SIDAYA (Lanjut Usia Berdaya): Program pemberdayaan lansia agar tetap produktif, sehat, dan bermartabat, melalui sekolah lansia, homecare komunitas, serta akses layanan kesehatan gratis tanpa rujukan.
Rosni menekankan bahwa semua program tersebut dirancang untuk menjawab tantangan demografi Sulawesi Tengah naiknya angka lansia, angka kelahiran remaja yang masih tinggi, serta kondisi psikososial keluarga yang kompleks.
“Kalau kita gagal membina anak sejak dini dan mengabaikan peran ayah, jangan heran kalau kita menghasilkan generasi rapuh, bukan generasi unggul. Kita harus cegah itu,” ujarnya.
Selanjutnya Dosen Lektor Poltekes Kemenkes Palu Ansar Mursaha, SKM.,M.Kes memaparkan tren stunting berdasarkan SSGI 2024 dan EPPGBM. Provinsi Sulawesi Tengah saat ini mencatat prevalensi stunting sebesar 26,1%, masih jauh di atas target nasional 14%. Bahkan, selisih antara data survei nasional dan data elektronik pencatatan gizi di beberapa kabupaten mencapai lebih dari 15%.
“Perbedaan data ini menunjukkan masih lemahnya pencatatan dan intervensi lapangan. Data bukan untuk diperdebatkan, tapi untuk jadi pijakan kebijakan yang tepat,” tegasnya.
Rakorda ini juga dihadiri perwakilan dari lintas kementerian/lembaga, unsur Forkopimda, akademisi, organisasi profesi, serta perwakilan dunia usaha dan media, sebagai bagian dari pendekatan pentahelix dalam mendukung transformasi pembangunan keluarga dan kependudukan. Lanyolla