IDAI SULTENG : 2 30 2 Atasi Sulit Makan Pada Anak

Palu - Metode yang kerap digunakan untuk mengatasi anak yang sulit makan adalah metode 2-30-2. Metode ini berisikan jadwal pemberian makan anak sekaligus mengajarkan anak tentang sinyal rasa lapar dan kenyang.
Menurut Dokter Spesialis Anak, dr. Haryanty Kartini Huntoyungo, M.Biomed, Sp.A, metode 2-30-2 adalah salah satu strategi yang bisa digunakan untuk mengatasi anak yang GTM atau sulit makan. Metode ini juga mengajarkan anak untuk disiplin pada jam makan.
“Jadi 2 jam sebelum makan anak harus dalam kondisi tidak makan apa-apa, untuk mengetahui sinyal lapar dan kenyang, jadi anak harus tahu kalau dia lapar supaya anaknya antusias (makan).” terang dr. Haryanty saat menjadi narasumber dalam kegiatan Taman Asuh Sayang Anak (Tamasya) di Kelas Orang tua Hebat (Kerabat) seri kedua yang mengusung tema Gerakan Tutup Mulut (GTM) : Penyebab dan Cara Mengatasi dengan Tepat, secara virtual, Selasa (3/6/25).
“Jam makannya hanya 30 menit, jika anaknya antusias untuk makan bisa diperpanjang waktu makannya. Tapi kalau 30 menit sia-sia, 10-15 menit anak sudah menutup mulut atau GTM hentikan proses pemberian makan. Kalau tidak, orangtua bisa kehilangan kesabaran akhirnya ada distraksi dan cenderung memaksa. Kalau ini terjadi anaknya bisa trauma setiap waktu makan. Setelahnya, diantara waktu makan hanya diberikan air putih atau pemberian susu 2 jam berikutnya”, lanjut dr.Haryanty.
dr. Haryanty juga menerangkan bahwa anak sulit makan atau istilah yang lagi tren dikalangan ibu-ibu milenial yakni GTM bisa terjadi karena berbagai macam hal. Meski begitu, orang tua didorong untuk tetap mencari solusi agar anak tertarik untuk makan dan memenuhi nutrisi hariannya.
“Masalah GTM bisa kita kelompokan menjadi 2 masalah, yang pertama picky eater yang terjadi karena masalah ringan. Dan harus dicari tahu lagi penyebabnya apakah karena pola makan yang tidak teratur, atau rasa yang kurang disukai. Kedua, masalah yang lebih berat yakni apakah ada faktor penyulit misalnya dia sering mual muntah atau gerd, alergi, atau lagi tumbuh gigi,”ujarnya.
Tamasya di kerabat dibuka secara langsung oleh Kepala Perwakilan BKKBN Sulteng, Tenny C. Soriton, yang menyampaikan bahwa program tamasya merupakan salah satu upaya untuk memastikan bagaimana praktek pengasuhan yang positif dapat berjalan dengan baik, baik itu ditempat penitipan anak maupun di rumah. Dalam sambutannya, Tenny C. Soriton menekankan bahwa program ini merupakan bagian dari upaya meningkatkan kualitas pengasuhan anak sejak usia dini yang membutuhkan kolaborasi dari semua pihak.
"Tamasya di kerabat diharapkan menjadi langkah strategis untuk menyebarluaskan kelas parenting kepada masyarakat, sehingga pada kesempatan ini kami mengajak seluruh elemen yang terlibat khususnya OPD KB Kab/Kota dan Penyuluh KB untuk memfasilitasi keikutsertaan Kader BKB serta Pengelola dan pengasuh di TPA, serta orangtua tidak hanya ibu tapi Ayah juga untuk ikut Kelas Orang Tua Hebat (Kerabat) “, ujar Tenny.
Kegiatan ini diikuti oleh kurang lebih 395 peserta yang terdiri dari berbagai kalangan, antara lain: OPD KB se-Sulawesi Tengah, Penyuluh KB/PLKB, pengelola Taman Penitipan Anak (TPA), kader Bina Keluarga Balita (BKB), serta masyarakat umum khususnya orangtua yang memiliki balita.